A.025  Meta Serigala 

Aku kembali sekali lagi, ingin bertanya soal keinginanmu mengakhiri diri. Coret-coret pentagram dan mantra-mantra tahiyat akhir. Komat-kamit semburan Alam, lantunan yang dibaca dengan cepat dari prasasti Mpu Prapanca. Sambut aku dengan lapang dada, atau belahan dada juga tak apa. Di rumah kita yang retak dan berongga, duduk berdua mengomentari pujaan kuasi remaja soal senja. Tak perlu menggulung lengan bajumu, aku sudah tahu berapa total angka romawi di tanganmu. Adalah 42 dan 21, akhir peradaban serta tanggal lahirmu. Manfaatkan kesempatan ini untuk menggali lubang. Di tanah merah atau di langit basah tak masalah, tapi tolong, tutup terlebih dahulu auratmu.

oleh YukiGassen

 

 A.026  Pesan Singkat

Sedari siang gelisah menggelayut bak jaket tebal yang membebani pundak kurusnya. Sekuat tenaga Maryam berusaha melawan sesuatu yang ia sendiri tak tahu apa. Nafasnya mulai tersengal, 18.40, akhirnya ia pasrahkan lelahnya pada sofa ruang tengah. Spontan ia ambil telepon genggamnya, gemetar, membuka aplikasi WhatsApp dan menuliskan pesan. “Pah, hati-hati ya, aku tak tahu harus bagaimana tanpamu.”

Teleponnya bergetar di kursi penumpang, notifikasi muncul di layar, satu pesan dari Maryam. Bergegas ia mengulurkan tangannya, membaca pesan singkat itu—tak sempat melihat dua sorot terang melaju dari depan bersama raung mesin, decit ban terseret di atas aspal, dan klakson-klakson bersahutan.

oleh Anon

 

 A.027  Pada Suatu Hari Gregor Samsa Terbangun dan Mendapati Dirinya Berubah Menjadi Deretan Kode Biner

Aku punya usul: kita minta bantuan Marie Kondo untuk membuang semua pengetahuan dari laci kepala manusia dan mengembalikan masa kejayaan bakteri di muka bumi. Tak ada lagi omong kosong tentang perdamaian dunia, tak ada lagi nubuat suci yang terbuat dari saripati diskografi band indie. Yang tersisa hanyalah piala Oscar dari ruang kerja Raffi Ahmad dan gunungan sedotan stainless steel di seluruh penjuru Jakarta. Jika itu semua terasa membosankan, tak perlu khawatir, sekarang kau bisa menukar poin Traveloka dengan tiket menuju ruang hampa. Jangan lupakan seperangkat panduan untuk membuatmu senantiasa bahagia 24/7, baterai dan aksesoris dijual terpisah. Puji Tuhan.

oleh Lulabi

 

 A.028  TIP-TOP 

Tumpahan mie menempel di celanaku. Aku berusaha berdiri, namun tak lama tergelincir lagi. Sekujur kaki-ku basah dan lengket. Tidak banyak yang kuingat sebelumnya selain kenyataan bahwa aku tersesat di supermarket, takut bertanya pada orang asing, berlari menuju pintu keluar darurat, dan terpeleset di lantai yang kotor. Entah siapa yang menumpahkan mie di hari itu. Satu karyawan laki-laki berbaju merah menatapku lekat-lekat dengan gagang pel yang dipegangnya. Lalu lalang pengunjung berbisik kasihan. Aku ingin menangis, tapi malu.

 Mie di kakiku mulai dingin, bolehkah memakannya?

 Ibu muncul dari belakang dan menuntunku ke jalan keluar. Beliau tidak marah. Hanya khawatir, sepertinya.

oleh marimite19

 

 A.029  Lamun

 Kulihat tubuhku dari lantai empat

terkapar di lantai satu seperti kapur polisi

Tak ada duka hanya motif telupat

kesukaanku di awal dan akhir ditangisi

 

Manusia manusia itu diam tak mengapa

sudah baik lewat pada benangnya

Oh bunda, apa aku bilang! mereka

tak ada yang peduli pada sepertiga malam

 

Jangan lagi kau habiskan air mata

Manusia-manusia itu amat congkak

Bunda, bila saja kau lupa rupa

Ambilah beruang kecil tak berotak

di meja kamarku

 

dan jangan kau habiskan air mata

tapi tak mengapa pada sepertiga malam

Genggam ampunan akan kusampaikan padanya

kalau bunda layak di sana, tenang dalam kalam

oleh xibil

 

 A.030  Kelana  

Ia marah lagi padaku. Semua memang salahku, selalu saja begitu. Aku merangkak ke atas ranjangnya saat ia tertidur, membasahi sprei dan bantalnya dengan air kencingku.

Ia terbangun dan menghempaskan badanku ke kasur. Tanpa mengatakan apa pun, ia menekan dadaku, berusaha menjejalkan seekor tikus ke dalam mulutku yang terkatup rapat, berusaha tenang menghadapi ekor binatang terkutuk itu, cambuk kecil yang bergerak liar di antara kedua bibirku.

Aku sungguh mengaguminya, tak pernah bisa menolak keinginannya. Cakar-cakar kecil mulai menggores lidahku. Ia masih diam. kata-kata darinya sangatlah berharga, aku tak pantas menerimanya. Ia hanya diam, mendorong tikus itu ke dalam kerongkonganku.

oleh Anon

 

 A.031  Ibu Negara (Selesai)

Menghina ketidakberdayaanku, menyebutku lemah lalu menertawakan ketakutan serta hasratku untuk kembali pada daging dan darah. Hujatannya adalah sebuah penyucian transenden. Dia pendeta besar, nyonya menjijikkan yang mengambil hatiku; membisikkan kengerian dari kombinasi cinta dan benci ke dalam setiap ceruk, lubang, dan saluran yang kosong. Dia bicara dalam bahasa berapi yang tak bisa kupahami. Dia memberikanku sejuta pilihan dan meninggalkanku tanpa pilihan lain lagi, permohonannya tanpa ampunan. Dia mengatakan kalau satu-satunya harapanku ada dalam tulangku, tanpa petunjuk lain, tanpa kasih sayang. Aku harus menemukan aku, tetapi aku tidak memiliki peta. Aku takut, tetapi aku terlanjur tak berdaya, terinfeksi olehnya.

oleh Anon

 

 B.013  Pameran 

Melenggang ke tengah lobi Gedung Galeri Nasional, sejenak berhenti untuk mencermati suasana di sekelilingnya. Pameran itu, Pameran Kekejaman, ia melihat berbagai kengerian dari Papua dan Timor-Timur yang dihadirkan kembali dalam berbagai adegan kematian Nurnaningsih.Merenungi akhir tragis dari bintang itu, keindahan erotis batang tenggorokan yang tercerabut dari lehernya, leher pucat yang akan membuat membuat siapa pun terangsang, tak peduli lelaki atau perempuan. Keluwesan visual, kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi ulang sistem saraf mamalia, klaim atas ketuhanan, fenomena alam semesta. Ia terbayang pada Candi Borobudur dan Prambanan, gedung-gedung yang menjulang tinggi di Jakarta, masa depan cerah umat manusia yang sulit dipercaya.

 

 B.014  Gelombang

Ada gangguan serius pada sinyal televisi yang terjadi serentak di beberapa kota besar selama tiga minggu terakhir. Selama meneliti gangguan tersebut mereka menemukan perubahan-perubahan yang signifikan dalam alur cerita dan beberapa sinetron yang tayang di jam tayang utama. Para orang tua stress mengawasi anak-anak mereka agar tidak menyaksikan tayangan televisi tanpa pengawasan mereka. Pihak kepolisian dan intelegen telah mengirimkan belasan mobil pendeteksi sinyal namun mereka belum juga menemukan pemancar yang menjadi sumber gangguan tersebut, sejauh ini semua orang sepakat siapa pun yang melakukannya pasti memiliki sistem pemancar yang sangat kuat dengan teknologi baru yang belum bisa mereka pahami.

 

 B.015  Persistensi Memori

Cahaya benderang terus menerpa lapisan beton tebal yang terbentang puluhan kilometer. Jalan tol lengang menjadi batas panjang yang memisahkan struktur massif tersebut dengan deretan pegunungan yang kini tandus tak berpenghuni. Di ujung tanggul raksasa tersebut terdapat pantai kecil di mana waktu tak lagi relevan. Di sini janin-janin lemas dan mengering, kehilangan arti sebagai simbol kemungkinan tak berbatas. Bayang-bayang samar bermunculan di udara, residu dari momen-momen yang masih tersimpan dalam ingatan semesta. Saat matahari tenggelam, bayang-bayang itu berkumpul di atas air dan menghilang, meninggalkan bayangan lain di permukaan air, sebuah padang rumput luas yang semarak dengan kehidupan.