C.001  Keluar

Sore itu ia ucapkan selamat tinggal. Kepada semua yang telah mengecewakannya, Ia tak lagi mengenal. Langit muram. Langkahnya resah, terus berjalan. Gelap pun tak bisa dihindari. Bengis masa lalu mengintai. Mimpi buruk dan penyesalan. Kesadarannya nyaris mampus, tetapi ia punya tekad untuk tak menoleh kebelakang terlalu lama. Tak mau tenggelam, maka ia terus berjalan ke depan, tak peduli pada badai di balik punggungnya.

Burung-burung malam menukik tajam membelah angin. Burung-burung malam resah mencari liang untuk berlindung. Oh, lihat burung itu, yang kuyup dan kesepian, berteduh di bawah jutaan utas takdir yang melintas, merenungi jalinan nasib yang kusut mengaduh.

oleh Setaleen

 

 C.002  30/08/2019///kekosongan_
kesenangan_kesiaan_lain_
maju_menuju_kekosongan_lain

Di ITB dia tiba-tiba menepuk pundakku, aku bertanya bagaimana kabar temannya yang sempat ingin bunuh diri kemarin—sembari tertawa dan berkata bahwa dia sungguh baik sekali dengan jawabannya. Kutanyakan hal personal, siapakah aku di matanya, berharap semua selesai dengan cepat. Panjang penjabaran, sontak kubilang, “Aku ga bisa di antara kalian.” Putus hubungan kuiyakan tiga kali, aku siap pergi, dan dia masih lanjut bicara tentang apa yang kuanggap sebagai spectacle sampai hyperreal dengan banjir tapi-tapi yang mengganjal kalimatnya. Aku tak butuh jawaban lebih. Aku berdiri dan melambaikan tangan, “Ya, ya, ya!” Lagu Opeth, Eternal Rains will Come, menemani kepergianku.

oleh Feira

 

 C.003  Kita Yang Saling Melupakan

Di antara distraksi kehidupan, aku terdiam memikirkan sesuatu. Bernaung bersama menjadi satu, sesuatu yang terkutuk tersebut bernama harapan dan juga kenangan. Memori yang indah nan gamang, bersatu layaknya jeroan sehabis perayaan qurban. Menjijikan sekaligus menyesakkan, semua pikiran itu sering muncul tanpa ada notifikasi. Ah anjing! Memang kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersama kembali. Dimulai dari data dan berakhir dengan data, semoga kita berdua bisa sama-sama tenggelam dalam suram dan melupakan kejadian yang sudah ada. Terima kasih, untuk waktu singkatnya selama kurang lebih 6 bulan. Semoga tuhan melupakan kita, layaknya kita melupakan satu sama lain. Sekali lagi, terima kasih.

oleh indopesimis

 

 C.004  Kami?

Kami di mana? 20 jendela kaca dengan cahaya merah menembus ke dalam. 18 siluet wanita muncul di dalam jendela kaca, melakukan sikap sempurna. Seorang berjubah ungu muncul secara holografik. Tangannya terangkat, jari kelingkingnya menunjuk kami yang sedang terduduk. Cahaya hijau mencuat dari ujung kelingkingnya ke arah kami. Menyilaukan. Aneh. Nikmat. Tiba-tiba kami berlipat ganda. Duplikat kami lari tunggang langgang mencari bantuan. Anehnya, tubuhnya membengkak keunguan lalu meledak menyipratkan darah. Kami saling tatap, lalu menatap wajah tuan holografik. Beliau mengangkat tangannya lalu tertawa. Tawanya menggema, membuat kaca-kaca bergetar hampir pecah. Kami tersadar. Kami bangun. Kami dihukum untuk bersikap sempurna.

oleh Kami

 

 C.005  Paranoia

Ialah nirmala yang menautkan roman, disinari cahaya rembulan ia berjalan perlahan. Detik-detik laju pada detak-detak pekat ketika pandangan mendera kaki langkahnya, ketika nyata tak diterima seakal budinya. Sesekali melihat ke belakang, memastikan, begitu buram. Ya tuhan, acap kali malam mendingin oleh angin di bawah kaki beringin, serupa violin, merendah meninggi lalu meredup terang lilin. Indera perlahan kalis, tertukik iblis hingga menipis, tangis yang terbingkis necis menjadi sebaris desis. Sejatiku pada tubuh yang melemah, snare mengetuk pada tempo rendah, paranoia ini mengalah dan menjadi abadiah. Menapak tilas raga oleh jatuhnya dedaun, bossa terlantun pada nova mengalun. Aku pun tertegun.

oleh komo & belva

 

 C.006  tentang apologi, kisah dan motif saya melakukannya di kehidupan harian dalam 98 kata

Terakhir kali meminta maaf adalah pada tahun 97 ketika saya mengencingi es krim cone vanilla milik Bayu tanpa motif di perhelatan pernikahan ayah saya dengan istri barunya waktu itu. Itu pun karena dipaksa oleh orang tuanya, setelahnya tak pernah melakukannya lagi karena menganggap semua hal akan baik-baik saja pada waktunya. Akan tetapi, setelah saya sempat hampir mati di sebuah perempatan jalan di Rancaekek karena kehilangan fokus saat berkendara akibat obrolan saya dan kawan saya tentang kemisoginisan Neruda, saya merasa harus meminta maaf kapan pun, bahkan pada siapapun siapa pun, jika saya merasa perlu. Meminta maaf membuat saya tenang.

oleh hamba alloh

 

 C.007  Ketika Seseorang Bertanya Tentang Tuhan

Tuhan itu apa? Apa yang dilakukan Tuhan sebelum menjadi Tuhan? Apakah Ia sama seperti kita? Makan, minum, tidur, bekerja, bercinta, atau patah hati? Jika tuhan mampu melakukan apa yang Ia kehendaki, mengapa Ia tak menjadi manusia saja? Setidaknya itu cukup adil bukan? Jadi, tak perlu ada kutukan, neraka, surga, atau hal semacamnya. Lagipula, apa Tuhan sadar jika banyak nyawa yang melayang karena membelaNya?
Jika suatu saat aku bisa bertemu Tuhan, aku akan bertanya, apakah Ia bisa mengembalikan ibuku? Ibuku yang mati dirumah di rumah ibadah ketika memuja Tuhan yang berbeda dengan Tuhan yang disembah kebanyakan orang di negaraku.

 

oleh menyembahkucing

 

 C.008  satu malam bersama silas

Hari ini deru ranjang menjenamaiku sebagai padam, sebab desah gadis di bawahku melantunkannya ibarat doa-doa. Dia menjelma menjadi begawati yang sedang diperawani tuhan di altar tempat darah tak lagi bersimbah, juga rasa malu yang tak lagi berani masuk. Ruang ini penuh dengan kerangkuman. Tenggelam pada kami adalah kesetakaran peluh dan dosa. Dia tak ingin menjadi lautan, namun tubuhnya tetap kupetakan. Aku juga tak mau melepas lekara, namun jangkar tetap kujatuhkan. Tidak pernah ada tempat paling liar di muka bumi kecuali ketertiba-tibaan pada dahinya, yang kuurapi dengan basah bibir yang menimang aroma asap. Untuk pertama kali. Untuk terakhir kali.

oleh patipadam

 C.009  mencari jarum dalam set fraktal mandelbrot.

Hidup dalam pengejawantahan sebagian orang seperti set fraktal mandelbrot yang tampak tidak beraturan. Orang-orang dari berbagai kelompok dari leisure class ala Veblen atau kelompok abangan santri priyayi menurut Geertz. Sama-sama mencari jarum, mencari apa yang berkilau, sebuah jarum atau peniti. Bagaimana bisa mencari jarum dalam kekacauan teratur yang tidak berbentuk ini? Bagaimana menemukan apa yang berkilau dalam gelap terang yang tidak pasti? Sebagian lahir dengan magnet tapi cukup imbisil untuk tidak menggunakannya. Sebagian mengais-ngais seperti ayam kelaparan. Siapa yang menemukan? Siapa yang berkata mereka menemukan jarumnya? Tidak tahu, tidak ada yang tahu, bahkan, apakah jarum itu benar ada?

oleh lanza_sagrada

 

 C.010  Tisme

fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana fana

oleh Ekstrimnihilis

 

 C.011  Hiatusnya Ruminansia

Dikunyah atau mengunyah memiliki nasib seperti rumput yang berserak, “Hei, hamparkan itu di sini biar aku kunyah lahap semuanya!” Sorak Sukit kepada rumput. Sukit pun berlari ke hamparan dimana ia menemukan gairahnya untuk mengunyah. Apayang dikunyahnya menjadi malapetaka di kemudian hari karena tak pernah sampai kedalam institusi peleburan ara di dalam penisnya. Memang sudah jelas, tak habis ia pikir apa yang dikunyahnya akan membunuhnya perlahan. Dikunyah, telan, muntahkan, dikunyah lagi, ditelan lagi, dimuntahkannya lagi, dikunyah lagi muntahannya, dikunyah lagi, dimuntahkan lagi, dikunyah lagi muntahannya, Sukit pun terjebak terlena di dalam muntahannya sendiri, mati tersedak setelah menelan muntahnya sendiri.

oleh ialabnatabongep 

 

 C.012  Ada

Adakah Nona telah temukan tempat mengadu yang tepat perihal kehidupan?

Belum genap setahun sejak malam terakhir Nona terisak di pangkuan hamba.

Bukan mengadu, terisak tanpa kata.

Mungkin Nona sudah lupa, ataukah sengaja melupakan?

Malam itu Nona tampak tidak baik-baik saja. Nona datang pada hamba saja, tetangga sudah melirik, siap melemparkan seribu satu kutipan dari kitab yang mereka sembah.

Untungnya, kesunyian malam membungkam pemikiran.

Tidakkah Nona ingat, ataukah pura-pura tidak ingat?

Pagi setelahnya Nona bercerita bahwa kedamaian Nona temukan ketika bersama dengan hamba.

Hamba bergetar, Nona!

Pikir hamba, adakah barang secuil laku hamba yang bisa mendamaikan Nona dalam keabadian?

oleh Irene

 

 C.013  Atas Nama

Hanya suatu siang biasa, dengan suasana yang biasa juga. Sekarang hujan gerimis; namun, hah, udara tetap panas, gerah dan tidak wholesome. Kilas balik ke 2019. Hujan terasa deras. Topi Stone Island KWku benyek, seperti daganganku, nasi uduk yang tidak termasak dengan sempurna. Aku kan cuma pedagang emperan, memasak dengan sempurna itu bukanlah sebuah keniscayaan. Kemudian, seorang gadis muda, yang penampilannya oke juga, datang menghampiri. Ia berkata, aku punya sebuah perusahaan multinasional di Papua. Aku tercengang. Namun, kuikuti saja laju lekuk lidahnya.

Kembali ke masa sekarang, kini ia sedang memberikanku kepala di kolong tesla. Benyek, hmmm, enak sekali rasanya.

oleh prenatural_

 

 C.014  Telan

Ada sebuah botol kaca di tenggorokanku. Aku bisa merasakannya saat menelan sesuatu, kaku dan dingin beradu dengan geliat basah dinding kerongkonganku. Aku tak pernah tahu sejak kapan botol itu ada di sana. Nenek bilang botol itu dipenuhi cahaya bintang, lebih tua dari dirinya juga nenek buyutnya. Nenek selalu menasehatiku untuk berhati-hati, tidak boleh berbicara melantur atau berbohong jika tidak ingin botol itu pecah, atau lebih buruk lagi, menjadi serpihan-serpihan yang akan mengalir bersama darah ke seluruh tubuhku. Bila hal itu terjadi, seluruh cahaya yang ada di sana akan kembali ke langit dan meninggalkanku sendiri, tanpa punya apa-apa lagi.

 

 C.015  Nadine, coba lihat televisi sebentar!

Ada saatnya di mana jiwa tertata rata di bawah tanah mengingatkan sedikit akan apa yang terjadi di kemudian. Mulai menggali rumah termewah di bawah hias langit menjingga. Kerja mulai membosankan, dan terkejutnya sang istri menganggap itu kompetisi.

Mereka ternyata berkonspirasi sejak lama untuk meruntuhkan sang juara kelas. Aktivis kampus, idola tongkrongan, idaman kencan total. Badan yang atletis, lidah yang memikat, dan bagaimana ia berhasil terbebas dari celaka akibat gaya hidupnya. Karma dapat berwujud ragam dan rasa iri adalah salah satu yang bersemayam di hatinya.

Dalam hatinya, ia orang yang bijak. Dalam berita, ia berlumur darah di semak-semak pinggir kota.

oleh Daniel Satrio

 

 C.016  99 Minus Satu

Ular naga panjangnya bukan kepalang, kepala pundak lutut kaki bukannya biasa. Hanya saja kepalang basah, terjerembab pula. Menggeliat menggapai, ia tahu tujuannya, menjadi legenda. Menjadi legenda berarti menghilang ditelan bumi, ia tahu. Ditelan bumi, dijunjung asap, asap dari pikiran-pikiran putus asa manusia yang silau akan cahaya. Sembilan puluh sembilan masa panjang liukannya, melebihi kelok empat empat, melebihi ular yang menjaga jalur-jalur sutera di antara nyata dan tidak nyata. Sisiknya halus, putih dan tidak beraroma, nuansa bisu dalam kepakan sayapnya. Ia ingin hilang, tanpa mengurangi rasa hormat, biarkan ia hilang menjadi sembilan puluh delapan kata yang terbuai asap tebal.

oleh gugursepatu