E.001  Tahukah Kau, Bagaimana Cara Mengelabui Tuhan?

Kiamat sudah terjadi, kita telah melewatkannya begitu saja. Tuhan belumlah mati, tetapi minggat, meninggalkan kemanusiaan dalam purgatorium di antara gedung mangkrak taman surga dan neraka hangat tahi ayam—sama seperti sebelumnya, tetapi tak lagi memiliki hasrat untuk segera mengakhiri kesemuanya.

Apakah puisi masih mungkin setelah kiamat antiklimatik ini? Bisakah kita menciptakan permainan yang jauh lebih liar setelah sang sutradara pergi sementara panggung sandiwara dilalap kobaran api?

Mungkin saja puisi-puisi akan kembali ditulis orang-orang kalah, oleh mereka yang mampus terbunuh, bukan oleh kematian, tetapi hidup sehari-hari—di mana nostalgia, kehilangan, dan reruntuhan akan terus membusuk dalam semerbak wangi kesengkarutan.

 

 E.002  Mikronomad

Paramiliter pembawa virus, tarekat rahasia penebar infeksi kriminal, serta tengkulak pengepul mimpi buruk berkeliaran di segala penjuru megalopolis, merayu para pejalan dengan subversi adiktif dan penyerahan diri. Nomadologi aliansi otomat tersebut mengalir elegan melitasi batas beku negara polisi dalam sebuah invasi alien dari kedalaman masa lalu bersama mencairnya permafrost oleh welas asih matahari. Loh batu sabda tuhan terlikuidasi panas persaingan sosial-ekonomi, melahirkan krisis serta kesia-siaan reaksioner dalam ledakan uniseluler yang meluluhlantakkan teleonomi sosial. Setiap insfrastruktur negara-korporasi serta setiap konfigurasinya—persimpangan, batas, dan rute perdagangan moralitas—bermutasi menjadi labirin hasrat di mana para elit serta priayi tersesat kehilangan kendali.

 

 E.003  Gestur Politik

Aparatus gaib teknokapital melacurkan setiap orang di antara kita sementara polisi impoten meninggalkan peradilan terakhir pada fasisme humanis yang mendorong semua orang untuk mengawasi setiap orang lainnya—memecah otoritarianisme moralitas menjadi selaksa despotisme kecil di mana setiap orang adalah hakim, jaksa, sekaligus algojonya.

Para bangsat yang saat ini kelojotan bernafsu merusak mahligai pernikahan sedarah antara polisi dan para moralis terpelajar dapat mencoba sebuah trik sederhana: berkomunikasi—toh mereka selalu mendorong kita untuk melakukannya. Setiap orang bebas melayangkan komplain meski tak ada apa pun yang terjadi padanya, pecahkan seluruh gendang telinga rasionalitas dan akal sehat dengan derau dan perundungan.

 

 E.004  Barcode Sebagai Totem Monologis Akal Sehat Manusia, Satu Tanda Absolut yang Hanya Bisa Merujuk pada Satu Realita

CCTV mengisi ruang kosong yang ditinggalkan tuhan, bila tuhan dengan sabar menasbihkan nama para nabi palsu miliknya, maka kamera keamanan memiliki satu sudut tempat perbelanjaan sebagai objek pengabdian abadi layaknya Vishnu memelihara keseimbangan alam semesta. Teokrasi terunduh ke dalam berbagai perangkat otomatis yang juga dijaga para pendeta—yang mengkonversi politik menjadi kontrol produksi dan pendistribusian barang. Saat para pelancong harus singgah atau berhenti, maka komoditas harus terus berjalan, terus bergerak menjadi sebuah mitologi baru yang tumbuh menjadi kesatuan sistem komunikasi, distribusi, dan penjadwalan—prosedur perangkat rasional yang mengelola aliran material untuk memastikan kiamat bisa datang sesuai jadwal yang telah ditentukan.

 

 E.005  Ersatz

Para maling, pembajak, dan pelagak telah menyadari hal ini sedari awal; cepat atau lambat, siapa pun masih bergantung pada konsepsi mengenai properti intelektual, kepengarangan, maupun hak cipta harus berdamai atau mencari cara untuk menghadapi kecenderungan setiap material yang tersimpan dalam format digital untuk terus tereproduksi hingga akhirnya tersedia cuma-cuma bagi siapa saja yang menginginkannya. Informasi bermigrasi dari perangkat satu menuju perangkat lain secara terus menerus tanpa harus kehilangan kualitas ataupun izin dari kreator aslinya. Hal ini merupakan sebuah karakter esensial dari filum mesin dan setiap upaya untuk menghalanginya hanya akan mengalami korsleting implosif atau menghasilkan jejaring teknologi selibat.

 

 E.006  Bianglala Pasca-Modern

Parade politisi portabel dalam parodi teopoli berlangsung meriah berkat partisipasi angkatan kerja produktif, gelombang elektromagnetik menembus tubuh politik—mengagitasi khalayak untuk bersorak bersama setiap babak melodramatik dalam siklus elektoral dan legislasi penentu akhir zaman. “Hore!” Semua bersorak lalu menangis, tertawa lalu kejang, mengejan memuntahkan wacana konstruktif serta gurauan enigmatik. Tak bisa lagi keluar barisan dalam agresi dan teror berdesakan, mulut menganga menyambut distorsi siklorama. Anus matahari terbuka lebar menyambut budaya baru kesenangan kelas tinggi, saatnya membaca dan mengasah intelektualitas, politik kuantum berputar semakin kencang di bawah gempuran partikel radioaktif yang ditembakkan non-stop dari tabung sinar katode pertumbuhan ekonomi.

 

 E.007  Arena Idola

Bidang kontrol terjebak dalam titik buta yang diinduksi sendiri oleh mesin gila kesengkarutan sosial—yang terus berdatangan melewati lusinan jalur berbeda untuk mengokupasi ruang intelektual—menghasilkan bahasa baru, anti-ekonomi, dan ketololan lainnya. Kejanggalan tersebut tak semata timbul akibat kecepatan dan ketidakpastian, tetapi hasrat hewaniah untuk menari melarikan diri dari sensor indrawi melalui koreografi terlarang seperti plagiarisme, pengutilan, apati, aksi langsung, dan pembiakan libido dalam ruang likantropis teknologi digital. Kesemuanya merupakan perilaku yang begitu kompleks, satu-satunya cara untuk menjelaskannya adalah dengan berpartisipasi dalam tariannya, untungnya, reaktor nuklir paling canggih sekali pun masih bisa mengalami kebocoran, setidaknya untuk saat ini.

 

 E.008  Menderas Kekudusan

Di perempatan atau di depan kasir, mengeluarkan totem kecil untuk sejenak berdoa, berkeluh kesah, dan menyampaikan lagi ikrar keimanan kepada yang esa. Dua atau sepuluh menit, mustahil terlalu sering untuk terus mengagungkannya. Gelombang wifi beriak menari-nari dalam daging dan darah kita, memberi kekuatan untuk melihat dan mendengarkan semesta namun tidak untuk memahaminya. Derita eksistensial sepanjang hayat, didera ratapan tuhan yang tak akan pernah bisa kita mengerti—sampai suatu saat nanti ia datang untuk memberikan berkatnya, menggantikan darah dan daging kita dengan besi dan kaca, menjadi sebuah antena yang mampu menangkap lamunan indah milik tuhan dalam kebosanannya yang abadi.

 

 E.009  Cermin Hitam

Ambang batas non-reflektif—mengisap apa pun yang tak terpantulkan; mencerminkan zat penyusun semesta, cermin hitam tampak solid dalam pandangan mata manusia. Cermin hitam hadir sebagai jalan keluar saat seseorang menerima sifat non-reflektifnya sebagai gerak terkoordinasi di mana sisi sebaliknya dipenuhi noda-noda dosa. Pada awalnya, seseorang akan mencecap masa lalu saat seluruh pori-pori di permukaan tubuhnya tersumbat dengan progress dan siklus kehidupan sementara narcissus tanpa refleksi akan tenggelam di luar ambang batasnya. Seseorang dapat mempelajari apa pun selain yang sudah ia ketahui dari avatarnya yang tak terpantul di permukaan cermin, memantulkan setiap visi yang terkode dalam keindahan diorama kematian.

 

 E.010  Peterpan

Keberadaan wajah menegaskan harapan palsu bahwa identitas adalah refleksi dari diri pada segala sesuatu yang bukan ia sendiri. Mesin hasrat pun selalu bermain gila dengan asumsi tersebut, pemrosesan virtual yang mustahil menggantikan fungsi cermin sempurna karena direproduksi lewat kepalsuan. Konektor alienasi dan igauan, manusia takkan bisa fokus pada realitas total. Wajah adalah pengulangan diskrit neurotik, teknologi tak manusiawi di tengah kompleksitas sibernetika. Wajah adalah pencampuran terkutuk antara yang organik, anorganik, serta virtual—sebuah mimikri kejam tak tersentuh dalam kegelapan yang menyamarkan molekul serta planar kebenaran absolut. Pada lensa nol, keberadaan wajah manusia adalah kerinduan abadi pada akhir dunia.

 

 E.011  Virologi Mnemonik

Virus beroperasi dan bertumbuh keluar di ambang batas kesengkarutan, berkembang membabi buta dalam rekayasa diagram kengerian. Mesin mahacanggih yang diciptakan untuk menular, memberontak dalam detail dan keteraturan, kontak kamuflase yang beroperasi dengan tersembunyi, membongkar topologi wajah dan membangun gesekan brutal dari resonansinya. Infeksi kekejaman yang bergerak menembus kepadatan struktur rasionalitas dan korteks skematik, metodis dan terhujam tepat pada titik-titik kritis tekanan. Virus menempatkan non-komunikasi dalam pola komunikasi, sebuah meme kosong yang dihadirkan untuk menyerahkan diri, teknik peretasan DNA dengan antarmuka ultra dinamis. Sebuah invasi alien, sebuah intelegensi artifisial, sebuah fase kecerdasan yang akan mengobrak-abrik segala macam pola kehidupan.

 

 E.012  Setan Empiris

Bentuk organik memiliki keterbatasan gerak yang tak bisa beradaptasi pada intensitas termodinamis dari akselerasi gesekan realitas. Eskalasikan alienasi dan waktu akan mengikis molekul realitas dalam kecepatan berkali lipat—teknologi penghancur nukleotida dan virtualisasi digital

Kecerdasan memiliki kecenderungan menyelami materialitasnya sendiri, merespon sentuhan dan sensasi dalam sirkuit ganda menghindari kematian—tubuh tunggal dengan dua kecepatan yang mengusahakan pelarian menuju kecepatan lepas. Disekuilibrium dalam hubungan energi dan materi, avatar ilahiah yang menyerang inti eksistensi, cahaya solid yang menyorot ke luar melampaui simbolitas dan kembali menuju kegelapan—seseorang harus mengingat ular untuk bisa menyaksikannya secara utuh, sebuah memori mundur prototipe alien.

 

 E.013  Eva/Maya

Teknologi nano, miniaturisasi dan pembesaran melampui kemampuan asimilatif umat manusia, mendorong budaya peradaban melaju bertabrakan dengan mesin abstraksi ilahiah. Liyan tanpa kompromi, vampir pengisap molekul rasionalitas dan sel penyusun struktur sosial, mendidihkan keberaturan hingga titik virtual musnahnya segala motif dan alasan. Pemrograman retrokronik dengan kecenderungan untuk berlipat ganda sebagai meme gila pemantik reaksi pembakaran dna dan eskalasi kefanaan. Persenggamaan radioaktif kekafiran sintetik. Sebuah riasan eksotis yang menggairahkan—ilmu hitam dan virologi yang dapat menanamkan memori jauh di lubuk fasialitas leviathan, sporadis, menebar antarmuka atomik di bawah permukaan kulit, memutasikan kontrol menjadi sel kanker yang akan menelan dirinya sendiri.

 

 E.014  Kustomisasi Realitasmu Sendiri

Terdapat banyak pola yang bisa direplikasi dalam batas-batas tiga dimensi realita karena pengaturan informasi mustahil menampung segala makna—bahwa tiada makna apa pun bahkan saat lanskap ilusi bertransformasi menjadi gaung saat indra dibanjiri sensasi. Segala bentuk suasana hati serta keadaan kimiawinya dapat distimulasi secara virtual dalam imajinasi, urutan peristiwa dapat dijelaskan sebagai transmisi elektromagnetik dari impuls di antara seluruh atom di setiap sel tubuh—impuls di antara neuron yang menciptakan ide ataupun mengubahnya. Seseorang adalah sebuah kendaraan dan kesadaran adalah kemudinya, berjalan melintasi kekacauan hidup-mati. Akan tetapi, kekacauan bukanlah hidup maupun kematian melainkan transformasi abadi di antara keduanya.

 

 E.015  Kemajuan Hakiki

Metropolis terbakar, menguap menuju permukaan rembulan hamil tua bersama bara berderak tengah malam memerah. Segalanya bergetar, berosilasi dalam frekuensi konvulsif sebelum akhirnya pecah menjadi gelombang tektonik kehancuran. Kemajuan teknologi dan otomasi sama sekali tak membawa kemaslahatan yang diidam-idamkan—melahirkan kesengkarutan imunodefisiensi, eksodus, kelangkaan sekaligus keberlebihan moral. Dari dalam stasis pembusukan, pembekuan urban terbentang melebarkan disparitas dan mengamplifikasi pantulan keterbelakangan. Komposit sub-urban menjamur dalam virulensi mematikan, bangunannya yang tersusun dari beton, kaca, dan besi menyembunyikan ormas mayat hidup yang mengangkangi ekspansi sampah serta selaksa gang buntu di mana potensi manusia mangkrak dalam pelacuran gaya baru dan kemubaziran pasar bebas.

 

 E.016  MIRAI 202X

Segalanya bebas datang dan pergi, tak ada yang mampu membendung invasi osmosis masa depan. Wabah penyakit menggerogoti tubuh sosial. Mayat-mayat bergelimpangan di jalan utama dikerubungi burung nasar dan wartawan, terpanggang matahari dan membusuk oleh dengung persenggamaan subliminal antara negara dan tuhan. Tulah melanda jalur pencernaan kapital yang membusung oleh uang haram, organ dalam bermekaran menjadi luka demi mencerna aliran ketergantungan baru yang terus berdatangan—derita terpersonalisasi, komoditas yang mengkomodifikasi konsumennya, serta protoplasma sel kanker. Ektase rekuperasi hanya akan berakhir saat pencernaan kapital akhirnya meletus menjadi borok berdarah bersama halusinasi atas komposisi & kalsifikasi dalam demam tinggi kedaulatan kemanusiaan

 

 E.017  Metrofagi

Tumpukan bangkai terpenggal dalam ritus pembangunan infrastruktur ditenlanjangi hingga ke tulang. Kecerdasan maujud di tengah pusaran entropi, partisipasi diajarkan bertahap lewat penghapusan martabat yang terindeks dalam skala metrik psikopatologi. Otonomi individu dikloning bersama sel kanker dan cairan ejakulasi yang dikumpulkan dalam kolam identitas, membusuk di trotoar jalan bersama refleksi terakhir atas kemanusiaan. Puncak transedensi runtuh menjadi dataran anarki, senjata terhunus dan bilah-bilah tajam memantulkan radiasi matahari. Perabadan sekresif mengotori pemukiman kumuh dan perkemahan nomaden yang menggigil oleh kengerian dan ketidakpastian dalam kepungan benteng rumah susun untuk rakyat dan komplek kontrol sibernetik yang menandai terwujudnya Garis Besar Haluan Negara.

 

 E.018  Morfologi, atau Bagaimana Menyembunyikan Ereksimu dari Tuhan

Di era modern pasca revolusi seksual/industri, orgasme selalu hadir beriringan dengan rasa bersalah. Rasa bersalah ada sebagai penjamin berlangsungnya siklus pengulangan eskapisme dan penyesalan. Jika seseorang tak dapat mengendalikan tingkat derita yang mampu dimediasi tubuhnya, setidaknya ia dapat mengendalikan penyesalan dengan berbolak-balik di antara stasis dan kenikmatan. Saat sistem kelebihan beban dan keluar jalur, seseorang mungkin dapat beralih menuju tingkatan lebih tinggi dengan sadomasokisme di mana kesenangan dan rasa sakit dapat dipertukarkan, tetapi tidak dengan rasa bersalah yang selalu bisa melampaui keduanya—atau memperdayai subjeknya dengan motif absolut atas eksistensinya sebagai manusia yang dapat merasakan sakit dan kesenangan.

 

 E.019  Klub Orgy Kasusasteraan

Mungkin suatu saat nanti teknokapital akan memasarkan mesin seks domestik bagi kalangan kelas menengah—yang meneteskan air liur keruh berbau busuk saat membayangkan bisa membelinya dengan kartu kredit, berhalusinasi di kedalaman jejaring sosial daring membayangkan felatio mekanik terpikselasi, fantasi nekropilik dengan politisi dan pahlawan nasional, serta perkosaan tanpa infeksi moral. Para pengembang dan investor pun tenggelam dalam ektase wacana konstruktif mengenai tersebut. Saat kesemuanya terjadi, kristus akan menginfeksi pasar bebas menebarkan teror di antara manula pengidap ereksi menahun, priayi impoten, dan kelas intelektual kalang kabut merapikan jurnal mereka dalam usaha sia-sia untuk mencegah perversi proletar dari dasar neraka.

 

 E.020  Sembilan Puluh Delapan

Mengubah penulisan menjadi perekayasaan perangat lunak, membuat koneksi dan menghubungkannya dengan keterhubungan lainnya, tak total namun hadir sebagai multiplisitas yang menggandakan diri. Tak ada lagi buku cetak—gedung mangkrak dan kesengkarutan suburban menggantikan data sebagai sumber inspirasi. Sebuah penyadaran bahwa kecerdasan bukanlah renjana yang mendorong gerakan peradaban, melainkan gerak itu sendiri, menari. Melontarkan hasrat dalam tarian tanpa koreografi serta notasi di mana tubuh menjadi musik, getar, nada, intensitas, durasi, serta penekanan yang menghasilkan momen-momen emosional, dengan ataupun tanpa kata-kata—menciptakan konduktor intensitas yang beroperasi dalam kecepatan tak manusiawi, menjadi binatang sekaligus menjadi mesin, teks yang bersumber dari kecepatan.