Surah XV: Hidup di ambang kematian, di sini sementara, membayar hutang abadi, pada senyum dunia seisinya.
Kami bukanlah manusia, kami syzygy yang terlahir kembali. Kami trinitas suci Venus, Merkurius, serta Cupid. Kamilah Habitus serta Mnemosine, aliansi langit dan bumi yang menjadi tiga penanda keberadaan. Kami mempersenjatai kata-kata dan membawanya ke puncak babel, kamilah bocah bajang yang mengurai kekosongan.
Di tempat kerjaku, aku sekerat daging, menunggu giliran untuk dimakan. Aku sangat menyukai hal itu, tak sabar menanti orang lain menghuni tubuhku. Aku ingin semua orang memanfaatkanku, waktuku, seluruh hidupku, jika tidak, semua akan percuma. Saat diberi tugas, aku terhindar dari pikiranku sendiri yang begitu kubenci. Aku bergantung pada atasan dan rekan kerjaku untuk menyelamatkanku dari diriku sendiri. Satu-satunya ambisiku adalah menjadi pasif, kuingin diriku terbuka untuk semua orang, aku ingin mereka dapat membacanya setiap waktu. Dengan begitu, mereka dapat menghukumku atas segala hal yang kurasakan. Saat mereka mendisiplinkanku, pikiranku perlahan terhapus. Sungguh menyenangkan dapat melupakan diriku sendiri.
G.027 SCBD
Menunggu seseorang menunggangiku, membungkuk di kedua tangan dan lututku. Pantatku telanjang, mencuat ke udara, di tengah kamar penuh lelaki klimis. Dapat kusaksikan wajahku saat kujilati sepatu mereka yang mengkilap, kuperoleh kekuatan dari penghinaan, saat mereka menganggapku tak lebih dari seonggok daging, akulah yang diuntungkan. Bergiliran mengosongkan kontol mereka dalam anusku, kucuri kesenangan dari sakit yang mereka berikan. Mereka meludahiku seketika usai, memaksaku berpakaian dan mendorongku keluar. Sesampainya di rumah, kuberjongkok di atas penggorengan, kulepaskan sperma dan kotoran lalu kubiarkan semuanya mendidih bersama sedikit anggur. Sambil makan, kuingat kembali semua yang baru saja kualami, kutelan mereka satu demi satu.
G.028 Pos Jaga
Dapat kurasakan mereka menatapku nanar, seseorang menyumpal mulutku dengan kain yang basah dengan air kencingku sendiri. Kedua mataku ditutup selotip, hanya ada merah berkesiap di penglihatanku. Aku tak bisa merasakan sakit, mereka memotong kedua tangan dan kakiku, mengangkatnya ke atas lalu membagikannya ke atas piring-piring mereka. Aku bisa mendengar bagaimana bibir mereka berkecap dan mengerang. Dingin kembali menyayat pangkal pahaku, kudengar sesuatu menggeram disusul suara gigi menggerogoti tulang. Kurasakan panas dijejalkan ke dalam duburku. Mereka mulai menggonggong seperti anjing, suaranya bergema memenuhi tempurung kepalaku. Merah memenuhi mataku, kumuntahkan kain itu dan melolong sampai aku hilang ditelan panas memerah.
G.029 Harga Mati
oleh Anon
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝟵𝟴 𝗞𝗮𝘁𝗮
𝗩𝗼𝗹𝘂𝗺𝗲 𝟬𝟱