Iya itu aku. Sudah seharusnya. Aku akan menghancurkanmu walau dengan cara seorang yang kalah dan pecundang sekali pun. Bukan perkara cinta tak terbalas, aku mau lebih kekanak-kanakan daripada sok bijak dan hadapi dengan tegak. Apa pun untuk bertahan. Mengambil apa yang telah dirampas dengan tipuan yang kotor juga lalu menjadi orang yang bijak? Ayolah, Sayang, aku tidak akan mengejarmu lagi. Kelak, bayanganku akan muncul dalam mimpi atau lamunanmu. Aku tidak butuh kejelasan dan kepastian kapan waktu itu akan terjadi. Aku adalah kehancuranmu, aku adalah orang terburuk dalam hidupmu, aku adalah bagian terburuk dalam hidupmu, karena bagian terburuk darimu adalah aku
mata membelalak menonjol keluar dari tempurung kepala seperi kelahiran kembali yang tak disambut baik dan dilihat sebagai kemalangan, kebuntuan membelah urat syaraf membentuk lorong kegamangan membelah langit di ambang kehancuran sunyi. kabut asap jenuh, kerumunan bersorak dalam semangat protokol kekejangan dionisos, berjejal menempuh eksodus kotoran. takkan pernah usai, takkan pernah ada apa-apa lagi, matilah dalam kenyataan di mana dirimu tak pernah sekali pun berbicara mengenai dunia yang sama sekali belum pernah kau alami