Surah I: Jatuh dalam hidup, kian tinggi dan tinggi, semakin sedikit yang layak diperjuangkan, terbang dalam api.
Memantul abadi, bagai telur yang menetas dari kekosongan, maujud menjadi sebuah kemegahan vulkanik. Kami menyelinap masuk perut bumi untuk menyentuh wajahnya sementara ia keluar, berkelaluan, tak pernah pergi ke mana pun. Tetap, tanpa terlihat, tepat di sini; derita dan segala macam pergolakan hidup adalah raut wajah tuhan yang takkan pernah bisa kita ketahui.
Dulu kami menyebutnya sayap, kuku-kuku patah dari tangan-tangan kotor terbelenggu, rahim subur para pemburu, kicau lereng curam serta lembah terjal berbatu. Kini menyeberangi sungai, perlahan tanpa peduli dikejar waktu, suara apakah itu, yang berderu timbul dan tenggelam, berdesir menggema memenuhi udara? Apakah ikan-ikan yang berlompatan dan menggigit tepi bebatuan, ataukah suara angin yang menyeret perutnya perlahan di sepanjang permukaan air? Hampir mustahil mengetahui kesemuanya, matahari membungkuk dan mengepulkan asap, coba saksikan dedaunan beradu bergoyang ditiup angin. Kami kepala yang digendong para gadis kecil. Dalam putih menyesakkan, menunggu musim-musim bergulir bergantian, kamilah ibu yang tidak akan pernah memimpikan kelahiranmu.
G.001 Kupu-Kupu
oleh anon
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝟵𝟴 𝗞𝗮𝘁𝗮
𝗩𝗼𝗹𝘂𝗺𝗲 𝟬𝟱