Surah V: Tiada penggambaran, tak ada apa pun, hanya tangan-tangan yang tak berhenti menulis, gema yang menggaung selamanya.
Ribuan komet meluncur dari tubuh kami, hamparan permadani cinta kasih yang terjalin oleh penyakit. Belulang yang terbakar, perdu tersibak menampakkan jalanan batu. Di ujung sana ada ceruk yang tersedia untuk rahmat, suatu wilayah di antara bahagia dan lumpuh ketidakberdayaan.
Saya bukan tipe yang suka gosip, namun nampaknya rumor soal dua bintang katai putih pamali untuk berdampingan itu benar adanya, dan ini mencekikku. Emisi dari gelombang gaya tarik berpendar dari lemah jarimu, riak riuh gaduh karenanya, mengkulminasi massa terlalu besar untuk dirinya sendiri; marah dan kecewa yang menggulung paralel waktu kita berdamping, bertubruk dan pecah dan berpencar dan lantas ditelan keniscayaan ruang. Entah ke mana, entah bagaimana.
Entah buat apa.
Layaknya aliran pasir melarutkan dendam ke dasar gelas:
mendistorsi wajahnya dan mengaburkan beratnya;
mengaduknya dengan tanah hingga semua tak lagi sama–
mungkin yang kita perlukan adalah jarak.
Mungkin.
G.008 Aku dan Ibu
oleh Anon
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝟵𝟴 𝗞𝗮𝘁𝗮
𝗩𝗼𝗹𝘂𝗺𝗲 𝟬𝟱