Surah VII: Segala sesuatu terjatuh, menuju mana saja, semuanya akan muncul hari ini, sekarang dan selamanya.
Rengkuh kekosongan, selamat menghadiri pesta pora sunyi senyap perayaan berakhirnya kebisingan segala sesuatu. Bisakah kau dengar hening yang kian dekat bergemuruh? Dari ufuk barat empat penunggang kuda tak berkepala berkejaran menghampiri nirmala ketiadaan.
Bila mimpi adalah sebuah praksis, media lain sebagaimana realitas, maka berpindah dari keterjagaan menuju impian berarti berpindah di antara kenyataan yang sama-sama nyata. Sebuah navigasi transversal antar semesta, antara tidur dan terjaga, kenyataan yang saling berpotongan dan mempengaruhi satu sama lain lewat korupsi timbal balik dari masing-masing mode disorganisasi. Sebuah media adalah ruang perilaku dengan sintaksis afektif dan logikanya sendiri, sebuah bahasa yang menjadi kebiasaan. Kehilangan segalanya berarti berbicara dalam bahasa yang tak memperdulikan makna, menjadi kalah, mengelanai kesemuanya bukan dengan melangkah maju, tetapi terjatuh. Dalam kosong, seseorang terjatuh. Dalam kejatuhan, ia kalah. Dalam kekalahan, ia kalah lagi.
G.033 Sebuah Pementasan Mimpi yang Menirukan Kehidupan, Babak I
Mengenali suatu kenyataan berarti mengenali sebuah perspektif. Untuk mengenali lebih dari satu kenyataan berarti beralih di antara perspektif berbeda yang belum tentu selaras satu sama lain. Mengenali segalanya berarti melupakan segala macam perspektif, menjadi objektif secara universal, menjadi punah secara subjektif. Berbicara dari suatu sudut pandang berarti menjadi seseorang. Berbicara dari berbagai sudut pandang berarti berbicara sebagai seseorang atas nama orang lain. Berbicara dari cakrawala berarti berbicara sebagai kekosongan. Aku bermimpi di atas panggung, penonton mengelilingiku, aku bergerak dalam dalam ketidakpedulian. Aku berbicara dari dalam mimpi. Aku ingin hidup dalam mimpi terakhir yang pernah dimimpikan di muka bumi.
G.034 Sebuah Pementasan Mimpi yang Menirukan Kehidupan, Babak II
Alam mimpi dan kehidupan sehari-hari merupakan bagian dari medan pengalaman. Berkesadaran dan bermimpi berarti ada dalam imersi virtual ruang dan waktu. Bermimpi, sama halnya terjaga, merupakan pengalaman impersonal, keluar dari diri sendiri melalui medan keterasingan—melalui disposisi perseptif, afektif, dan rasional seseorang. Ruang impersonal mengenali dirinya sendiri sebagai liyan dalam proliferasi, terjaga adalah bermimpi, pencerminan yang impersonal. Kognisi adalah proliferasi dan intensifikasi tipu daya spasiotemporal. Aku melakukan sebuah pembunuhan spasiotemporal dan terbangun. Kudengar bilah pisau membelah mimpi dan kenyataan, memotong keberadaan tanpa ketebalan. Pembunuhan berantai di ambang batas antar medium, luka serta trauma di antara mimpi dan kenyataan.
G.035 Sebuah Pementasan Mimpi yang Menirukan Kehidupan, Babak III
Mimpi menenggelamkan dunia seisinya dalam cermin, dalam mimpi itulah segala yang spekular tergambarkan. Cermin itu sendiri buta pada keberadaanya sendiri. Bagi seorang pemimpi kronis, seseorang yang kalah, ia dan segala sesuatu saling berpandangan tanpa ekspresi. Praksis mimpi memberi makan dirinya sendiri dengan narkolepsi filsafat, dengan kelesuan konseptual serta kemandulan persepsi. Melalui impotensi dunia seisinya, orang-orang kalah menjadi terminal untuk penangguhan makna, untuk penyebaran ketidakkonsistenan sintaksis, untuk sesuatu yang melampau segala sesuatu yang terlampau jauh—sebuah proses kehilangan sebagai portal menuju kehilangan lainnya.
G.036 Sebuah Pementasan Mimpi yang Menirukan Kehidupan, Babak IV
oleh pulasara
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝟵𝟴 𝗞𝗮𝘁𝗮
𝗩𝗼𝗹𝘂𝗺𝗲 𝟬𝟱