"Mengapa harus ada Tuhan?" sebuah pertanyaan dari seorang anak ikut membaur diantara tiga kawannya yang sedang bergumul memainkan gundu.
"Kalau tidak ada Tuhan lalu siapa yang akan mengatur dunia?" timpal kawan pertama.
"Mengapa harus ada dunia yang diliputi oleh berbagai macam aturan dan sistemnya ini?" tanyanya lagi.
"Biar menarik. Sayur kalau hanya diisi kol saja tidak akan menarik," kini kawan kedua yang menyahut.
"Aku suka-suka saja dengan sayur yang hanya diisi kol, bahkan meskipun itu rasanya tawar," sambungnya lagi, "Mengapa semua ini harus ada? Bagaimana kalau semuanya tidak ada saja?"
Kawan ketiga lalu balas bertanya, "Tidak itu apa?"
perabotnya tersusun secara asimetris dan saling berjauhan. penempatannya tampak disengaja, tetapi dalam motif dan logika yang sangat sulit diuraikan. kesemuanya ada dalam jumlah yang telah ditentukan—dalam interkostalis, isolasi, tertahan di tempatnya berada. menjaganya dari entropi, membiarkannya merenggang dan melentur tanpa menghancurkan dirinya sendiri. jangan mau dipahami, terutama di hadapan kemahatahuan. keluarlah dari ruangan itu! berkembanglah dengan merampok dirimu sendiri di ujung gang apofatis menuju imanensi buta tuli