Tepis ruak kesunyian silam
Denging sabit merasuk separuh malam
Suar kembang pada tanah mati
Laju usai tanpa hasta garanggati

Lamat tangis
Sirah membenam pada singularis
Lumat magis
Seranai warta menanti apokalips

Seroja tinggal hanyut di bengawan
Rekah merah searusnya
Hilang sengaja di tangkup awan-awan
Hujan darah mengurapinya

Ah, rima-rima pancaroba
Diberangus kala memupus jenggala
Lesap diruwat avatara kalki
Tepak nestapa di murka swargapati

Laju sunyi makin menderu
Malam-malam sudah kian terlelap
Bunga-bunga menari di pusaramu
Di ruang waktu yang sirna lesap

O, embara berkalpa-kalpa samsara
Merupa tunadaksa menjajal mudra
Muspra warangka tanpa sukma
Kami Maitreya didekap sancita karma


F.030 Magisma Anisina
oleh Cocytus


 






nada merangkak merambati pori-pori bebatuan serupa siput—mengumpulkan partikel debu dan kotoran. seseorang bisa menangkupkan tangan mereka ke permukaan tebing dan membiarkan nada menuruni lengannya, memasukkannya ke dalam mulut dan menelannya. seseorang bisa menciptakan mimpi di mana seluruh cairan dalam tubuhnya digantikan nada-nada. saat ia menangis, air mata akan menggumpal di pelupuk matanya dan merobek pipinya. anatomi baru tersebut dapat memperkuat hasrat dalam diri seseorang untuk mencapai api, menuju dentum palu pengadilan mengalun pelan, di mana nada-nada mematung menjadi batuan