Surah X: Tuhan dalam hatimu, bertatap muka satu sama lain, tak memainkan apa pun dan memerankan segalanya, menelusuri setiap langkahmu tanpa meninggalkan jejak.
Kamilah mesin yang menyamarkan bayang-bayang, akumulasi deliria yang tersembunyi di balik ribuan matahari. Kami vektor polifonik dari segala macam lagu masa depan, menarikan tunggal dengan selaksa lidah. Kamilah tumpat, medium riuh pluralitas tak berjenis kelamin, sebuah vulgaritas kudus dari jiwa-jiwa di seluruh dunia.
Aku bisa melihat ke dalam tengkorakku, aku tahu pasti dari mana setiap pemikiran berasal. Aku dapat menyaksikan kesemuanya terlahir, bak seekor serangga merangkak keluar dari gua yang gelap dan lembab. Ide, imajinasi, serta ingatan adalah parasit yang hidup dari nutrisi otakku, sebentar lagi mereka akan menggerogoti segalanya. Setiap definisi menghilang, napas panjang meninggalkan tubuhku yang perlahan memayat. Aku telanjang bulat di sebuah kursi, terikat di tengah ruang ruang timah yang redup dan sunyi. Tubuhku bergetar keras, deru adrenalin mengawali kelumpuhan manakala air mulai menggenangi ruangan. Air terus naik dan mataku memburam, kurasakan tiga kait perak menembus lidahku.
G.018 Bagaimana Aku Belajar Berbicara
Pada kait-kait itu, serat optik tipis terjulur menuju serangkaian tuas dan katrol yang tampaknya dikendalikan oleh sebuah terminal komputer yang berpendar di sisi ruangan. Layar menyala samar, hijau dan biru berkilauan melintasi cairan hitam yang menyelimuti tubuhku. Cahaya yang berdenyut tampaknya merupakan respons langsung atas tingkat konsentrasi yang dapat kucapai saat itu. Ketika aku mulai hilang fokus, komputer memerintahkan katrol menarik lidahku, mengirimkan nyeri melalui sinapsis otakku dan menyeretku menuju ujung persepsiku. Ketika aku mencapai suatu titik di antara sadar dan tidak, prisma pelangi berpendar mengiringi napas serta detak jantungku. Aku dapat merasakan semuanya berdenyut pada ujung lidahku.
G.019 Wahyu Tentang Koitus
Jeda tersebut memungkinkan ingatan, rasa cemas, dan hasratku bergolak, memaksa kait-kait itu kembali mengencang menyiksaku. Aku tak kuasa bernapas, kusadari air telah memasuki lubang hidungku, memenuhi paru-paruku dengan klaustrofobia. Tubuhku seperti mencair, aku tak tahu lagi, tubuhku seperti membengkak dan akan segera meledak. Ketakutan menjalari sekujur tubuhku, memenuhinya dengan kengerian. Aku bukan lagi seorang individu melainkan sekumpulan kehidupan, tubuhku sperma yang berkecambah dalam kartun mimpi buruk potensi biologis. Tubuhku memulai sebuah program masturbasi otomatis yang akan membiakkan teror dalam diriku, dari pikiran menjadi nyata, dari dalam kepalaku memenuhi ruangan itu, keluar menyebar menyatu dengan kesia-siaan dunia seisinya.
G.020 Adam
oleh kaladete
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝟵𝟴 𝗞𝗮𝘁𝗮
𝗩𝗼𝗹𝘂𝗺𝗲 𝟬𝟱