Mataku berkedip untuk kesekian kalinya dan manusia itu lagi-lagi berusaha tuk melukai dirinya sendiri sembari menangis tertahan. Pundaknya naik-turun, tapi ia tidak bersuara.
"Ia takut ketahuan orang tuanya." Ujar suara ikan yang lain.
"Terus? Bukankah itu misinya? Mati di depan orang tuanya akan memberikan pembalasan telak. Sudah dipastikan orang tuanya akan terpukul dan gila kemudian. Ya kecuali, anak ini memang hasil dari kecelakaan."
"Atau anak haram." Ujar Ikan yang baru dimasukkan ke dalam akuarium sore kemarin.
"Hahaha. Ngenes." Timpalku.
Aku menunggu.
Menunggu nadinya putus dan memberikan goncangan pada kami.
Tapi seperti kemarin-kemarin, hanya ada bekas, ketajamannya tak bertemu.
lebih dari seratus miliar nyawa telah hidup dan mati dalam dua juta tahun terakhir. kesemuanya berteriak, melolong membabi buta. bayangkan bila kau mencatat satu suku kata saja dari setiap jiwa-jiwa terkutuk itu, maka kau akan mendapatkan empat puluh lima ribu seri kitab sastra, masing-masing di antaranya terdiri dari tujuh ratus halaman, setiap lembarnya berisi tiga ribu tiga ratus enam puluh karakter, dan kau akan bisa mendengar teriakan mereka semua setidaknya selama tiga ribu empat ratus tahun. berada di sini berarti menyerahkan diri pada kehancuran. menyimak segala sesuatu yang keluar dari mulut busukmu adalah takdir kesia-siaan yang dianugrahkan tuhan kepada kami seorang