Malam pulang dan menimangnya dengan segala dongeng inspiratif pengantar tidurnya, melepas anak-anaknya kopat-kapit lamban di pelupuk mata. Menjaga matanya, tak menurunkan surat izin tertangkap mata untuk siapa pun selain tuannya; karna hanya dalam pejamnya ia bisa mengontrol fokus segala sesuatu. "Aku memang tak mengenal sesiapa, tak berubrik di semua tempat, bagaimana kalau aku tetap terbangun?" semenjak itu kesemuanya samar, kami meredup dalam sesak dan tantrum masing-masing. Menghidupi katastropi dengan makian dan mengutuk satu sama lain dalam diam seperti biasa dan lalu memudar di penghujung. Mungkin satu klip penenang lagi bisa menyelesaikan kengerian yang menghantui dan menghalang selama ini.


F.055 Tantrum
oleh magislegam


 






massa erotis bergumul di bawah cahaya baru, mengalir masuk melalui mulut-mulut subjektivitas yang mustahil terkatup rapat. para operator mulai bertanya padamu, apakah kau merasakan keterikatan dengan anak turunmu yang teraborsi wacana, mengungkap niat untuk membuat sayatan melintang di dadamu. melatalah dalam sukacita untuk mati melawan seluruh hasrat yang kau rasakan, teruslah merasa cemas sepanjang hari karena segalanya terjadi atas kesalahanmu dan dirimu sama sekali bukanlah dirimu sendiri